Langsung ke konten utama
Naungan Cinta Putih Abu-Abu
Sore ini aku duduk di samping asramaku untuk sekedar
melepas rasa lelah hidup ini,aku melihat
kearah jalan tampak disana orang-orang berlalu lalang dibawah langit senja yang
suda melau memerah. Dalam pikiran yang tenang ini terlintas dipikiranku, Dian
yang merupakan wanita yang ku sukai selama ini. Aku berpikir dan berdoa pada
tuhan yang esa agar aku dapat bersanding dengannya. Ternyata tuhan sangat baik
padaku, ia mengijinkanku untuk melepas rinduku padanya karena saat aku
memikirkannya dia lewat dihadapanku menggunakan motor, menggunakan baju
berwarna merah gelap dia begitu menawan, seakan bidadaripun akan iri padanya.
Dia bagaikan cahaya di kegelapan.
Tak lama setelah Dian lewat,
lewat lagi seorang laki-laki membonceng
seorang wanita dengan mesranya, seolah ingin membuatku iri, dan ternyata itu
benar, karena aku merasa iri pada mereka, aku merasa tak adil, apakah tuhan tak
adil padaku? Kenapa orang-orang dapat bersama orang-orang yang mereka cintai,
sedangkan aku tak pernah bisa seperti mereka, mereka yang pacarannya asik,
jalan-jalan berduaan, kekantin berdua, belajar bersama. Mana keadilan dunia
ini? Dian adalah tujuan ku, tapi itu masih khayalan belaka, apakah tuhan akan
memberikan kebaikannya padaku? Apakah tuhan akan membuka hati Elin agar dia
bisa mencintaiku?. Tuhan, aku rela sebelumnya aku gagal untuk bersama wanita
yang kucintai, aku rela aku tak bersanding dengan viola, tapi tuhan untuk kali
ini ijinkanlah aku agar dapat bersama Elin. Tuhan hanya engkau yang maha
mengijinkan dan engkau pulalah yang mempertemukan 2insan dimuka bumi ini.
*******
Aku
terbangun dari tidurku, saat kuraih hp ku yang berada diatas meja disamping
ranjangku, aku melihat jam telah menunjukan pukul 6. Dengan buru-buru aku
segera menuju depan asrama untuk mandi, karena hari ini adalah hari jum’at,
maka aku mengenakan seragam olahraga, karena sekolah kami memang seperti itu,
setiap hari jum’at mengenakan pakaian olahraga. Karena takut terlambat aku tak
sarapan, semua buku buru-buru kumasukkan kedalam tas sekolahku, dan tak lupa
juga aku memasukkan tugas bahasa indonesia Elin yang telahku Print semalam.
Jam istirahat pun tiba, karena hari
ini hari jum’at, maka pelajaran hanya sampai jam kedua, sedangkan untuk jam
ketiga sampai akhir kami bebas. Maka kesempatan ini tak aku sia-siakan begitu
saja, aku segera membawa tugas Bahasa Indonesia Elin, menuju kelasnya di X A,
dari balik pintu kelas X A, aku melihat elin duduk dipojokan kelas, dia
tersenyum manis menyambutku, senyumannya bagaikan percikan embun sejuk yang
akan mampu menenangkan hati-hati yang gelisah, aku segera menghampirinya
“Yan, kayak
ginikan tugasnya? Aku menunjukan sehelai kertas kepada dian. Ia hanya tersenyum
kecil, dan aku memberikan kertas itu padanya.
“boleh
duduk?” aku kembali bertnya pada dian.
“boleh!”, ia
mempersilahkanku duduk di dekatnya. Setelah aku duduk, dian masih
bercakap-cakap dengan temannya. Aku hanya terdiam saja. Setelah itu dia melihat
kearahku, danmenajakku berbicara, stelah sekian lama aku berbicara dengannya,
aku mengajak dia dan teman-temannya bermain tebak-tebakan, yang salah tebak
mukanya dicoret pake bedak. Permainan ini rasanya sangat berbeda, karena aku
bisa bermain dengan wanita yang kucintai. Tapibelum puas bermain, kami harus
sudahi karena jam pelajaran sekolah telah usai.
******
Waktu
ini berjalan sangat cepat, hari dimi hari kau lewati dengan perasaan yang masih
sama pada dian, tapi semua rasa ini ingin aku lupakan. Setelah ku melihat
status di facebook dian yang tertulis.
“aku hanya bisa bersabar manunggumu, aku tak akan berpaling pada hati yang
lain, # XI IPS 3”. Dari status itu hati ini rasanya langsung melemah dan
ingin rasanya ambruk, diakhir kalimat
statusnya dia menyisipkan kelas IPS 3, yang artinya dia menyukai laki-laki lain disana, dan jelas itu bukan aku, karena
kelasku ada di IPS 1.
Aku
bimbang, mau melanjutkan pendekatanku pada Dian, atau aku cukupkan sampai
disini, aaku takut kejadian 2 tahun lalu kembali terulang lagi, yaitu aku di
permainkan oleh seorang wanita yang kusukai, namanya Rara, kejadian 2 tahun
lalu itu sangat membuatku malu, dan membuatku hampir putus asa, waktu
kukorbankan, semuanya kukorbankan untuk mendekatinya, dan responnya cukup baik
padaku, namun setelah aku mengungkapkan cintaku padanya di tengah lapangan
seusai upacara dia malah menolakku mentah-mentah dan memaki-makiku, sungguh
kejamnya.
Usaha
untuk melupakan Dian adalah sia-sia, telah 1 minggu ini aku tidak berhungan
dengannnya, tapi tetap saja aku tetap mencintainya, apalagi setiapku ingin
memulai belajarku selalu ada fotonya yang kuletakkan diatas mejaku yang selalu
mengingatkan kembali dirinya, dalam foto itu tampak Dian dengan rambut panjang
bergelombangnya tengah tersenyum manis, tujuan aku meletakkan foto itu diatas
mejaku adalah karena aku bermaksud agar aku semakin semangat belajar. Tapi
apadaya jika seperti ini, yang adahanyalah membuatku semakin galau memikirkannya.
Dan kuputuskan saja untuk memindahkan foto itu kedalam laci, agar tak selalu
terbayang olehku.
Capt: Cerpen ini dibuat untuk tugas Bahasa Indonesia saat aku SMA
Komentar
Posting Komentar